BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Interaksi yang berlangsung dalam kehidupan di sekitar manusia dapat
diubah menjadi interaksi yang bernilai edukatif. Interaksi yang dapat disebut
interaksi edukatif apabila secara sadar mempunyai tujuan untuk mendidik dan
untuk mengantarkan anak didik kea rah kedewasaannya. Dalam hal ini yang menjadi
pokok adalah maksud dan tujuan berlangsungnya interaksi tersebut, karena
kegiatan interaksi itu memang direncanakan atau disengaja. Kesadaran dan
kesenjangan melibatkan diri dalam proses pembelajaran pada diri siswa dan guru
akan dapat memunculkan berbagai interaksi belajar.
Belajar mengajar adalah sebuah interaksi yang bernilai normatif, yang
artinya didalam prosesnya anak didik berpegang pada ukuran, norma dan nilai
yang diyakininya. Setiap interaksi belajar mengajar pasti bertujuan. Tujuan ini
menentukan cara dan bentuk interaksi. Dalam mengajar terjadi suatu proses
menguji strategi dan rencana yang memungkinkan timbulnya perbuatan belajar pada
siswa .
Interaksi edukatif harus menggambarkan hubungan aktif dua arah dengan
sejumlah pengetahuan sebagai mediumnya, sehingga interaksi itu merupakan
hubungan yang bermakna dan kreatif. Semua unsur interaksi edukatif harus
berproses dalam ikatan tujuan pendidikan. Karena itu, interaksi edukatif adalah
suatu gambaran hubungan aktif dua arah antara guru dan anak didik yang
berlangsung dalam ikatan tujuan pendidikan.
B.
RUMUSAN MASALAH
Dalam
makalah ini adapun yang akan dibahas adalah sebagai berikut :
1. Jelaskan pengertian dari interaksi edukatif?
2. Sebutkan komponen-komponen dan ciri-ciri dalam
interaksi edukatif?
C.
TUJUAN
Pada
pembuatan makalah ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui pengertian interaksi edukatif.
2. Memahami ciri-ciri dan komponen-komponen interaksi
edukatif.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN INTERAKSI EDUKATIF
Interaksi
edukatif adalah interaksi yang berlangsung dalam suatu ikatan untuk tujuan
pendidikan dan pengajaran. Interaksi edukatif sebenarnya komunikasi timbal
balik antara pihak yang satu dengan pihak yang lain, sudah mengandung
maksud-maksud tertentu yakni untuk mencapai tujuan (dalam kegiatan belajar
berarti untuk mencapai tujuan belajar).
Interaksi
yang dikatakan sebagai interaksi edukatif, apabila secara sadar mempunyai
tujuan untuk mendidik, untuk mengantarkan anak didik kearah kedewasaannya.
Kegiatan komunikasi bagi diri manusia merupakan bagian yang hakiki dalam
kehidupannya. Kalau dihubungkan dengan istilah interaksi edukatif sebenarnya
komunikasi timbal balik antara pihak yang satu dengan pihak yang lain, sudah
mengandung maksud-maksud tertentu, tidak semua bentuk dan kegiatan interaksi
dalam suatu kehidupan berlangsung dalam suasana interaksi edukatif, yang
didesain untuk suatu tujuan tertentu.
Demikian
juga tentunya hubungan antara guru dan siswa, anak buah dengan pimpinannya,
antara buruh dengan pimpinannya serta lain-lain. Proses belajar-mengajar akan
senantiasa merupakan proses kegiatan interaksi antara dua unsur manusiawi,
yakni siswa sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak yang mengajar,
dengan siswa sebagai subjek pokoknya.
Dalam
proses interaksi antara siswa dengan guru, dibutuhkan komponen-komponen,
komponen-komponen tersebut dalam berlangsungnya proses belajar tidak dapat
dipisah-pisahkan. Dan perlu ditegaskan bahwa proses teknis ini juga tidak dapat
dilepaskan dari segi normatifnya, segi normatif inilah yang mendasari proses
belajar mengajar. Interaksi edukatif yang secara spesifik merupakan proses atau
interaksi belajar
mengajar itu, memiliki ciri-ciri yang
membedakan dengan bentuk interaksi yang lain. Pendidikan dan pengajaran adalah
salah satu usaha yang bersifat sadar tujuan yang dengan sistematis terarah pada
perubahan tingkah laku menuju kedewasaan anak didik. Pengajaran merupakan
proses yang berfungsi membimbing para pelajar atau siswa didalam kehidupan,
yakni membimbing mengembangkan diri sesuai dengan tugas perkembangan yang harus
dijalankan oleh para siswa itu. Tugas perkembangan itu akan mencakup kebutuhan
hidup baik individu maupun sebagai masyarakat dan juga sebagai makhluk ciptaan
Tuhan.
B.
CIRI-CIRI INTERAKSI EDUKATIF
Ciri-ciri
interaksi edukatif adalah sebagai berikut :
1.
Ada
tujuan yang ingin dicapai
2.
Ada
bahan atau pesan yang menjadi isi interaksi
3.
Ada
pelajar yang aktif mengalami
4.
Ada guru
yang melaksanakan
5.
Ada
metode untuk mencapai tujuan
6.
Ada
situasi yang memungkinkan proses belajar mengajar dengan baik
7.
Ada
penilaian terhadaap hasil interaksi
Untuk
memahami pengetahuan tentang interaksi edukatif atau dalam kegiatan pengajaran
secara khusus dikenal dengan “interaksi Belajar-Mengajar” yang titik
penekanannya pada unsur motivasi, maka terlebih dulu perlu dipahami hal-hal
yang mendasarinya. Sekurang-kurangnya harus memahami kapan suatu interaksi itu
dikatakan sebagai interaksi edukatif, termasuk pemahaman terhadap konsep
belajar dan mengajar.
Setelah
itu perlu dikaji tujuan pendidikan dan pengajaran sebagai dasar motivasi dengan
segala jenisnya serta apa pula yang dimaksud dengan motivasi dan kegiatan dalam
belajar. Dan persoalan dasar yang tidak
dapat ditinggalkan dalam pembicaraan interaksi
belajar-mengajar ini, adalah pemahaman terhadap siapa guru yang dikatakan
sebagai tenaga profesional kependidikan itu dan siapa pula siswa yang dikatakan
sebagai subjek belajar itu. Bagi guru yang memahami akan keprofesiannya dan
mengerti tentang diri anak didiknya, maka dapat melakukan kegiatan interaksi
dan motivasi secara mantap. Kemudian operasionalisasinya, guru harus juga
memahami dan melaksanakan pengelolaan interaksi belajar-mengajar.
Edi
Suardi dalam bukunya Pedagogik (1980) merinci ciri-ciri interaksi belajar mengajar
sebagai berikut :
i.
Interaksi belajar-mengajar memiliki tujuan, yakni untuk membantu anak dalam
suatu perkembangan tertentu. Inilah yang dimaksud interaksi belajar-mengajar
itu sadar tujuan, dengan menempatkan siswa sebagai pusat perhatian. Siswa mempunyai
tujuan, unsur lainnya sebagai pengantar dan pendukung.
ii. Ada
suatu prosedur (jalannya interaksi) yang direncana, didesain untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Agar dapat mencapai tujuan secara optimal, maka
dalam melakukan interaksi perlu adanya prosedur, atau langkah-langkah
sistematis dan relevan. Untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran yang satu
dengan yang lain, mungkin akan dibutuhkan prosedur dan desain yang berbeda
pula.
iii.
Interaksi belajar-mengajar ditandai dengan satu penggarapan materi yang khusus.
Dalam hal ini materi harus didesain sedemikian rupa sehingga cocok untuk
mencapai tujuan. Sudah barang tentu dalam hal ini perlu diperhatikan
komponen-komponen yang lain, apalagi komponen anak didik yang merupakan
sentral. Materi harus sudah didesain dan disiapkan sebelum berlangsungnya
interaksi belajar-mengajar.
iv.
Ditandai dengan adanya aktivitas siswa. Sebagai konsekuensi, bahwa siswa
merupakan sentral, maka aktivitas siswa merupakan syarat mutlak bagi
berlangsungnya
belajar mengajar. Aktivitas siswa dalam hal ini, baik secara fisik maupun
secara mental aktif. Inilah yang sesuai dengan konsep CBSA. Jadi tidak ada
gunanya guru melakukan kegiatan interaksi belajar-mengajar, kalau siswa hanya
fasip saja. Sebab para siswalah yang belajar, maka merekalah yang harus
melakukannya.
v. Dalam
interaksi belajar-mengajar, guru berperan sebagai pembimbing. Dalam peranannya
sebagai pembimbing ini, guru harus berusaha menghidupkan dan memberikan
motivasi agar terjadi proses interaksi yang kondusif. Guru harus siap sebagai
mediator dalam segala situasi proses balajar-mengajar, sehingga guru akan
merupakan tokoh yang akan dilihat dan akan ditiru tingkah lakunya oleh anak
didik. Guru (“akan lebih baik bersama siswa”) sebagai desaigner akan memimpin
terjadinya interaksi belajar-mengajar.
vi.
Didalam interaksi belajar-mengajar dibutuhkan disiplin. Disiplin dalam
interaksi belajar-mengajar ini diartikan sebagai suatu pola tingkah laku yang
diatur sedemikian rupa menurut ketentuan yang sudah ditaati oleh semua pihak
dengan secara sadar, baik pihak guru maupun pihak siswa. Mekanisme konkret dari
ketaatan pada ketentuan atau tata tertib itu akan terlihat dari pelaksanaan
prosedur. Jadi langkah-langkah yang dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang
sudah digariskan. Penyimpangan dari prosedur, berarti suatu indikator
pelanggaran disiplin.
vii. Ada
batas waktu. Untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam system berkelas
(kelompok siswa), batas waktu menjadi salah satu ciri yang tidak biasa
ditinggalkan. Setiap tujuan akan diberi waktu tertentu, kapan tujuan itu harus
sudah dicapai. Disamping beberapa ciri seperti penilaian diatas, unsur
penilaian adalah unsur yang sangat penting. Dalam kaitannya dengan tujuan yang
telah ditetapkan, maka untuk mengetahui apakah tujuan itu sudah tercapai lewat
interaksi belajar-
mengajar atau belum, perlu diketahui dengan
kegiatan penilaian. Dengan demikian, cirri-ciri interaksi belajar-mengajar itu
sebenarnya senada dengan ciri-ciri interaksi edukatif, sebagaimana disebutkan
terdahulu. Memang kalau dilihat secara spesifik dalam kegiatan pengajaran, apa
yang dikatakan interaksi edukatif itu akan berlangsung dengan kegiatan
interaksi belajar-mengajar. Bila terjadi proses belajar-mengajar, maka bersama
ini pula terjadi proses mengajar. Hal ini kiranya mudah dipahami, karena bila
ada yang belajar sudah barang tentu ada yang mengajarnya, dan begitu pula
sebaliknya kalau ada yang mengajar tentu ada yang belajar. Kalau sudah terjadi
suatu proses/saling berinteraksi, antara yang mengajar dengan yang belajar,
sebenarnya berada pada suatu kondisi yang unik, sebab secara sengaja atau tidak
sengaja, masing-masing pihak berada dalam suasana belajar. Jadi guru walaupun
dikatakan sebagai pengajar, sebenarnya secara tidak langsung juga melakukan
belajar.
Perlu
ditegaskan bahwa setiap saat dalam kehidupan terjadi suatu proses belajar
mengajar, baik sengaja maupun tidak sengaja, disadari atau tidak disadari. Dari
proses belajar-mengajar ini akan diperoleh suatu hasil, yang pada umumnya
disebut hasil pengajaran, atau dengan istilah tujuan pembelajaran atau hasil
belajar. Tetapi agar memperoleh hasil yang optimal, proses belajar-mengajar
harus dilakukan dengan sadar dan sengaja serta terorganisasi secara baik.
C. KOMPONEN-KOMPONEN
INTERAKSI EDUKATIF
Dalam
proses belajar- mengajar sebagai suatu sistem interaksi, maka kita akan
dihadapkan kepada sejumlah komponen-komponen. Tanpa adanya komponen-komponen
tersebut sebenarnya tidak akan terjadi proses interaksi edukatif antara guru
dengan anak didik.
Berikut
adalah komponen-komponen tersebut :
1.
Tujuan
Tujuan
merupakan hal yang pertama kali harus dirumuskan dalam kegiatan interaksi
edukatif. Sebab, tujuan dapat memberikan arah yang jelas dan pasti kemana
kegiatan pembelajaran dibawa oleh guru. Dengan berpedoman pada tujuan guru
dapat menyeleksi tindakan mana yang harus dilakukan dan tindakan mana yang
harus ditinggalkan.
2.
Bahan
Pelajaran
Bahan
pelajaran adalah unsur inti dalam kegiatan interaksi edukatif, sebab tanpa
bahan pelajaran proses interaksi edukatif tidak akan berjalan, dalam pemilihan
pelajaran harus disesuaikan dengan kondisi tingkatan murid yang akan menerima
pelajaran. Selain itu bahan pelajaran mutlak harus dikuasai guru dengan baik.
3.
Metode
Metode
adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Karakteristik metode yang memiliki kelebihan dan kelemahan maka
guru menggunakan metode yang bervariasi. Faktor-faktor yang perlu
dipertimbangkan untuk memilih metode mengajar sebagai berikut (Djamarah,
1996:184):
a)
Tujuan
dengan berbagai jenis dan fungsinya.
b)
Anak
didik dengan berbagai tingkat kematangannya.
c)
Situasi
dengan berbagai keadaannya.
d)
Fasilitas
dengan berbagai kualitas dan kuantitasnya.
e)
Pribadi
guru dan kemampuan profesinya yang berbeda-beda.
4.
Alat
Alat
adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran. Alat nonmaterial dan ala material biasanya dipergunakan dalam
kekuatan interaksi edukatif. Alat non material berupa suruhan, perintah,
larangan, dan nasehat.Alat material berupa globe, papan tulis, batu kapur,
gambar, diagram, lukisan dan video.
5.
Sumber
Sumber
belajar dapat diperoleh di sekolah, di halaman, dipusat kota, di pedesaan dan
sebagainya. Pemanfaatan sumber pengajaran tergantunng pada kreativitas guru,
waktu, biaya dan kebijakan-kebijakan lainnya.
6.
Evaluasi
Evaluasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan
untuk mendapatkan data tentang sejauh mana keberhasilan anak didik dalam
belajar dan keberhasilan guru dalam mengajar. Pelaksanaan evaluasi dilakukan
oleh guru dengan memakai seperangkat instrument penggali data seperti tes
perbuatan, tes tertulis dan tes lisan.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Dari
uraian di atas, kita menyimpulkan bahwa :
1.
Interaksi
edukatif adalah interaksi yang berlangsung dalam suatu ikatan untuk tujuan
pendidikan dan pengajaran.
2.
Ciri-ciri
interaksi edukatif adalah ada tujuan yang ingin dicapai, ada bahan atau pesan
yang menjadi isi interaksi, ada pelajar yang aktif mengalami, ada guru yang
melaksanakan, ada metode untuk mencapai tujuan, ada situasi yang memungkinkan
proses belajar mengajar dengan baik, ada penilaian terhadaap hasil interaksi.
3.
Tahap –
tahap interaksi edukatif diantaranya yaitu tahap sebelum pengajaran, tahap
pengajaran dan tahap sesudah pengajaran.
4.
Komponen-komponen
interaksi edukatif yaitu tujuan pembelajaran, bahan ajar, alat, metode, sumber
dan evaluasi. Sedangkan prinsip-prinsip interaksi edukatif adalah motivasi,
presepsi yang dimiliki, titik pusat perhatian, keterpaduan, pemecahan masalah,
mencari, belajar sambil bekerja, hubungan social dan perbedaan individu.
B. SARAN
Suatu
model pembelajaran yang bertujuan agar siswa berperan aktif dalam kegiatan
pembelajaran sangatlah baik namun yang terpenting haruslah guru sebagai
pendidik sekaligus pengajar harus dapat menggunakan berbagai teknik, strategi
dan model pembelajaran interaktif yang sesuai dengan minat siswa.
Selain
itu guru juga harus pandai menggunakan model interaktif yang cocok dengan
materi yang akan diajarakan, tujuan dari pembelajaran dan memahami karakter
siswa agar mudah untuk mengarahkan siswa. Mungkin dengan pembahasan masalah
diatas mengenai interaksi edukatif dapat sebagai panduan bagi guru bagaimana
memilik metode pembelajaran yang sesuai dengan materi, situasi dan kondisi
siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Anitah,Sri.
2009. Teknologi Pembelajaran. Surakarta: UNS Press
Djamarah,
Syaiful Bahri, Drs.2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif.
Jakarta : PT. Rineka Cipta
Hasibuan,J.J.
Drs., Dip. Ed. Drs. Moedjiono.1992. Proses Belajar Mengajar.
Bandung:Remaja Rosdakarya Offset.
Wingkel.2004.Bimbingan
dan Konseling di Institusi Pendidikan.Jakarta:PT Gramedia
http://Model-Interaksi-Edukatif
diakses tanggal 7 Juni 1992
http://akta408.wordpress.com/2008/11/03/analisis-model-interaksi-edukatif/
diakses tanggal 7 Juni 2012
http://blog.tp.ac.id/tag/analisis-model-interaksi-edukatif
diakses tanggal 8 Juni 2012
http://topiknugroho.wordpress.com/2011/05/03/mengenal-interaksi-edukatif/
diakses tanggal 8 Juni 2012
http://lib.uin-malang.ac.id/thesis